Sabtu, 02 Februari 2013

Perkembangan Bahasa dan Sastra Banjar


PERKEMBANGAN BAHASA DAN SASTRA BANJAR 
Bahasa dan sastra lisan Banjar pernah tumbuh berkembang dengan baik, bahkan mampu bertahan hingga berabad-abad lamanya. Bahasa dan sastra lisan selalu disampaikan dari mulut ke mulut oleh satu generasi kepada generasi berikutnya. Sastra lebih berperan sebagai sarana pengajaran atau media pewarisan nilai-nilai budaya ketimbang sebagai hiburan, meski fungsi yang terakhir ini juga tidak terabaikan sama sekali oleh karena kehadirannya memang saling mendukung. Pada masa itu, para orang tua mengajarkan etika, ilmu, dan agama melalui simbol-simbol yang tersusun dalam rangkaian cerita maupun petatah-petitih dan ungkapan budaya lainnya (baik dalam bentuk puisi maupun prosa), dengan cara-cara yang menyenangkan kepada anak-anak mereka. Situasi pengajaran semacam itu bisa berlangsung secara kolektif dalam suatu pesta rakyat (semisal melalui tradisi bakisah, mamanda, madihin, balamut, atau japin carita) maupun secara individual di lingkungan keluarga masing-masing (misalnya dalam tradisi basair dan bakisah (khususnya dongeng pengantar tidur).
Namun, seiring dengan masuknya peradaban modern yang antara lain ditandai dengan perkembangan tradisi baca-tulis bahasa Indonesia dan semakin mantapnya bangunan keberaksaraan, perkembangan Bahasa dan Sastra Banjar kurang lebih sama dengan perkembangan bahasa dan sastra daerah pada umumnya. Kondisinya cenderung terpinggirkan, bahkan nyaris terlupakan. Tercapainya kesatuan dan persatuan bangsa seakan mengarah pada penyeragaman ke dalam ke-Indonesiaan.
Tantangan utama dalam perkembangan bahasa dan sastra Banjar adalah perkembangan peradaban yang kian pesat tanpa kontrol yang mampu menyeimbangkan masukan dari luar. Westernisasi dan modernisasi merupakan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terkikisnya bahasa dan sastra Banjar. Masuknya budaya luar dengan beragam bahasa dan keunikan budayanya masing-masing, perlahan tapi pasti mulai mengakar dan akhirnya menggeser muatan budaya lokal. Pergeseran pemakaian bahasa Banjar tidak bisa dipungkiri telah terjadi dengan pemakaian bahasa gaul dan bahasa Inggris di masyarakat Banjar, terutama di kalangan remaja perkotaan, sekarang malah sudah merambah ke masyarakat di daerah pesisir maupun di daerah pedesaan Provinsi Kalimantan Selatan.
Tetapi patut disyukuri bahwa bahasa dan sastra lisan Banjar sebagai salah satu khazanah daerah yang sangat kaya dan merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya kondisinya masih belum kritis. Dalam arti, eksistensinya masih dirasakan sampai sekarang. Sastra Banjar bukanlah sastra daerah yang perkembangannya paling menonjol dan bukan pula yang paling terbelakang. Sebab, pada satu sisi, dalam berbagai perbincangan tentang sastra daerah selama ini (lebih-lebih jika pembahasan itu sudah menyentuh sastra modernnya), maka sastra Banjar, Sunda, dan Bali merupakan sastra-sastra daerah yang paling sering dibicarakan. Pada sisi lain, eksistensi sastra daerah lainnya yang jumlahnya begitu besar hampir tak pernah kita dengar gaungnya. Karena Banjar terlalu lama dipengaruhi oleh budaya lisan. Budaya lisan telah melahirkan tradisi-tradisi lisan lain yang berurat berakar. Sehingga jika ada tangan-tangan kreatif generasi muda yang menyentuh bahasa dan sastra lisan Banjar, masih besar harapan ke depan bahasa dan sastra Banjar akan kembali eksis dan lebih bermanfaat baik di kalangan masyarakat Banjar itu sendiri maupun masyarakat Indonesia bahkan internasional (Insya allah).
Pementasan mamanda  adalah salah satu cara untuk mempertahankan eksistensi pemakaian bahasa Banjar  dan pelestarian sastra lisan banjar. Begitu juga halnya dengan Lamut dan Madihin. Kita perlu optimis dengan banyak strategi yang telah dilakukan pemerintah daerah, sastrawan, dan masyarakat yang peduli dengan eksistensi bahasa dan sastra Banjar. Dengan berbagai perhelatan bernuansa bahasa dan sastra Banjar, lomba-lomba, bahkan kurikulum muatan local yang memuat budaya, bahasa, dan sastra Banjar, di masa yang akan datang bahasa dan Budaya Banjar masih akan tetap bertahan dan terjaga kelestariannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar