RUMAH DEBU
Pengarang : Sandi Firly
Penerbit : Tahura Media
Tahun : 2010
Novel berawal dengan perjalanan tokoh Rozan dari
Martapura ke Kota Rantau. Perjalanannya dihiasi dengan debu jalanan, kemacetan,
dan hingar-bingar suara truk batubara. Dia dikirim untuk menjadi guru di sebuah
pesantren setelah menamatkan pendidikan di pesantren Martapura. Rozan adalah
seorang remaja yang cakap terhadap teknologi komunikasi. Dia sering mencari
informasi tentang lingkungan hidup lewat internet. Rozan merasa kurang nyaman dengan aktivitas pertambangan batubara yang
membuat rumah-rumah berdebu dan rusaknya lingkungan hidup. Apalagi ia harus
selalu waspada di jalan raya karena ulah supir-supir truk batubara yang
ugal-ugalan di jalanan. Kemudian konflik-konflik yang terjadi di masyarakat, masalah pertikaian para preman yang
memperebutkan uang jatah keamanan truk-truk yang melalui kawasan yang dikuasai
mereka, termasuk uang santunan bagi keluarga yang anggota keluarganya tewas
tertabrak truk batu bara. Pertikaian itu kadang membawa korban jiwa.
Rasa dendam Ibu Diyang kepada
suaminya, Pak Ismail yang kawin lagi tanpa pengetahuannya membuat
ibu Diyang menceritakan tentang siapa Rozan sesungguhnya, sehingga hal itu
menyakiti perasaan Rozan. Ibu Diyang baru saja mengetahuinya dalam 1 bulan
sedangkan perkawinan itu sudah berlangsung hampir 10 tahun. Ternyata isteri
kedua Pak Ismail adalah Sarah Hidayati yang sekarang tinggal di Yogyakarta, ibu
kandung Rozan. Guru Aran dan ibu Marhamah yang selama ini dikenalnya sebagai
orang tuanya ternyata hanya orang tua angkat. Ibu Diyang menjadi dalang yang
merubah hidup Rozan dan membawa kepada pembongkaran segala rahasia
riwayat hidupnya yang tersimpan kukuh oleh Guru Aran. Guru Zaman, Ibu Marhamah,
Zahra dan Sarah sendiri. Rahasia yang tersimpan begitu kukuh selama 16
tahun hanya dalam beberapa bulan diketahui mudah oleh Ibu Diyang melalui siasatnya.
Sarah adalah seorang santri di pesantren Guru Aran.
Dia diperkosa oleh Jantra ketika masih
berusia muda. Jantra kemudian lari meninggalkan tanggung jawab, sehingga Sarah
hamil sampai melahirkan Rozan harus menghadapi pahit getir kehidupan sendiri.
Akhirnya bayi Rozan diletakkan di depan rumah guru Aran agar diadopsi. Sementara
itu Sarah minggat ke Yogyakarta. Zahra
adalah teman dekat Sarah yang membantu persalinan dan yang meletakkan bayi
Rozan di depan rumah Guru Aran. Zahra selama ini selalu memantau perkembangan
Rozan dan mengabarkannya kepada Sarah.
Pada saat
Sarah pulang ke Martapura untuk menemui Guru Aran dan menemui Rozan,
Rozan diculik oleh orang-orang suruhan Ibu Diyang. Dia disekap di sebuah rumah
tua.
Sementara itu terjadi perkelahian antara Udin
Tungkih, preman suruhan Ibu Diyang dengan Jantra, preman suruhan Pak Ismail.
Perkelahian sementara berakhir dengan larinya Udin Tungkih. Dia lari dan
sembunyi di rumah tua tempat Rozan disekap. Ternyata Jantra mengikutinya sampai
ke tempat itu. Perkelahian terjadi lagi di rumah itu, hingga akhirnya Jantra
roboh. Udin tungkih dan teman-temannya diringkus polisi. Jantra di bawa ke
rumah sakit dengan ambulan. Di mobil ambula tersebut ada Guru Zaman, Rozan,
Sarah, dan Zahra. Akhirnya Rozan mengetahui siapa ayah kandungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar