Strategi dalam mempertahankan bahasa dan sastra Banjar tidak lepas dari
strategi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Banjar. Strategi pembinaan
dan pengembangan bahasa dan sastra Banjar berpusat pada empat komponen utama:
keluarga, pendidikan, masyarakat, dan pemerintah daerah . Kesemua komponen
tersebut bersatu dan membentuk komunitas masyarakat sastra. Untuk dapat
memajukan bahasa dan sastra daerah khususnya daerah Banjar, maka diperlukan
kombinasi yang harmonis dan komunikasi yang tepat antara orangtua, pelajar,
mahasiswa, pengajar, penulis, sastrawan, media, dan pemerintah daerah.
Pemanfaatan secara maksimal media cetak, elektronik, dan internet dapat
membantu memajukan perkembangan bahasa dan sastra daerah, khususnya Banjar,
baik dalam lingkup daerah maupun juga nasional. Untuk dapat mengembangkan
bahasa dan sastra Banjar yang utama diperlukan adalah niat dari individu.
Dengan sarana yang minim masih dapat untuk berkarya dan mendistribusikannya,
selama kita berpikiran terbuka dan mau menerima perubahan dan perbedaan.
Pembinaan bahasa dan sastra dapat dilangsungkan dalam lingkup terkecil
yaitu keluarga, sekolah sebagai sarana pendidikan, lingkungan bermasyarakat,
dan pemerintahan.
1 Orangtua Sebagai Kontrol Budaya
Keluarga adalah ruang lingkup terkecil pada pendidikan dini seorang anak.
Anak belajar bahasa pertamanya (bahasa ibu) dalam ruang lingkup ini, sebagai
orangtua sudah seharusnya menanamkan nilai-nilai budaya daerah yang dimiliki.
Dimulai dari percakapan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Banjar,
mengenalkan lagu-lagu daerah Banjar, hingga menceritakan dongeng pengantar
tidur dari kekayaan sastra Banjar.
2 Mata Pelajaran Muatan lokal
Salah satu cara yang ditempuh pemerintah saat ini adalah dengan memasukkan
mata pelajaran muatan lokal dalam kurikulum. Cara ini me-rupakan salah satu
upaya strategis dalam membina budaya lokal daerah di bangku sekolah. Siswa
dikenalkan dengan khazanah budaya lokal dan mempelajarinya lewat buku-buku
maupun sarana dan prasarana lain yang dimiliki sekolah baik berupa audio
(mendengarkan lagu-lagu daerah dari kaset tape, cd, dsb), visual (buku-buku,
gambar, dsb) dan audiovisual (tayangan-tayangan teatrikal).
3 Penghilangan Bahasa Asing Pada Kurikulum
Pendidikan di Tingkat Sekolah Dasar
Cara yang ditempuh pemerintah saat ini dengan menghilangkan bahasa asing
pada pendidikan di tingkat SD dimaksudkan agar siswa pada masa kanak-kanak
diharapkan menguatkan akar budaya lokal masyarakat. Pada usia dini anak-anak
lebih mudah mempelajari hal-hal baru. Sebelum diperkenalkan dengan budaya
asing, ada baiknya diperkuat terlebih dahulu akar budaya lokal anak. Sehingga
kemampuan anak dalam memfilterisasi muatan budaya asing akan lebih kuat, tanpa
menghilangkan akar budaya lokal yang ia miliki.
4 Tur Musium Daerah
Musium daerah merupakan tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan
bersejarah budaya lokal yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Otak memiliki
respon yang lebih untuk belajar dengan pengoptimalan panca indra. Dengan
mengajak anak-anak untuk berkeliling dan melihat secara langsung benda-benda
dan arsip-arsip kekayaan daerah semakin merangsang otak anak untuk lebih mengenal
dan memahami budaya lokal daerah.
5 Tur Perpustakaan Daerah
Perpustakaan daerah merupakan salah satu tempat penyimpanan literatur
daerah, di sini anak-anak bisa meminjam dan membaca buku-buku terkait bahasa
dan sastra Banjar. Dengan memaksimalkan penggunaan perpustakaan maka anak
terdidik untuk membaca. Budaya membaca sangatlah berpengaruh kuat dalam
kegiatan keterampilan berbahasa, diharapkan dengan rajin membaca anak dapat
menghasilkan suatu karya baru.
6 Sanggar Sastra
Mendidik anak tidak hanya dapat dilakukan di lingkup keluarga dan sekolah,
dalam lingkup masyarakat dapat dilakukan pula kontrol budaya ini. Pengadaan
wadah untuk penyaluran potensi dan bakat pun diperlukan, seperti misalnya
dengan diadakannya sanggar sastra. Setiap ada kesempatan untuk tampil, misal
acara festival budaya, dengan kesadaran diri masing-masing mereka mengajukan
diri untuk memperkenalkan budaya daerah Banjar ke lingkup nasional.
7 Peringatan Bulan Bahasa
Bulan bahasa merupakan satu apresiasi pelajar dan masyarakat sastra baik
dari lingkup lokal maupun nasional. Peringatan ini dilakukan untuk melestarikan
budaya berbahasa, bersastra, dan berkesenian dalam kalangan pelajar maupun
umum.
Strategi Pengembangan Bahasa dan Sastra Banjar
Pengembangan diharapkan hasil akhirnya adalah dapat memperluas, menambah,
dan menghasilkan lebih baik dan lebih banyak lagi kekayaan bahasa dan sastra
Banjar. Pengembangan juga dimaksudkan untuk memperkenalkan budaya lokal di mata
nasional maupun internasional.
1 Penulisan Buku-Buku Literatur Bahasa Dan
Sastra Banjar
Cara paling mudah dalam belajar adalah banyak membaca, karena membaca
adalah jendela dunia. Diperlukan banyak buku dan literatur untuk memahami
sebuah budaya. Masalah utama dalam pembinaan bahasa dan sastra lokal di sekolah
adalah kurangnya buku yang terkait dan sesuai dengan usia pendidikan. Saat ini
kamus bahasa Banjar yang digunakan hanya dari hasil tulisan Prof. Djebar Hapip,
buku-buku yang digunakan di lingkup Sekolah Dasar dikemas dalam bentuk yang
kurang menarik sehingga anak malas untuk membaca. Diketahui bahwa masa
anak-anak adalah masa yang ceria dan penuh warna, jadi bacaan diharapkan
memiliki visual yang baik berupa gambar, warna-warna menarik disesuaikan dengan
usia perkembangan anak.
Dalam lingkup sastra dikatakan bahwa saat ini sebagai masa kebangkitan
sastrawan Kal-Sel, karena semakin banyak buku yang diterbitkan, baik novel,
kumpulan cerita, prosa, puisi, dsb. Dalam ranah keilmuan pun semakin
banyak buku yang diterbitkan seperti yang dilakukan oleh Prof. Djantera, Dr.
Rafiek, dll. Kendati demikian masih terdapat kendala dalam penerbitan buku-buku
tersebut, yaitu biaya produksi. Diharapkan mungkin suatu saat pemerintah daerah
dapat memberikan solusi dalam masalah ini.
2 Jurnal Bahasa dan Sastra Banjar
Jurnal merupakan media penting dalam menyuguhkan hasil
penelitian-penelitian yang berkualitas terkait Bahasa dan Sastra baik lokal
maupun nasional. Jurnal merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap seorang
peneliti dalam ranah keilmuan yang mendalam. Oleh karena itu keabsahan teori
dan penelitian yang dimuat dalam jurnal lebih diakui dalam kalangan keilmuan.
3 Seminar Bahasa dan Sastra Banjar
Seminar merupakan ajang penting untuk mempertemukan segala kalangan dari siswa,
mahasiswa, pengajar, penulis, sastrawan, media, dan yang terkait dalam
pendistribusian dan perluasan sastra baik lokal maupun nasional, bahkan di
tingkat internasional. Baru-baru ini Universitas Lambung Mangkurat mengadakan
seminar bertaraf nasional, narasumber mengajukan hasil pemikiran masing-masing
dari hasil penelitian dan didiskusiakan dalam forum ilmiah terbuka. Narasumber
yang mengisi acara merupakan seorang tokoh sastra terkenal di Indonesia. Hal
ini tentunya sangat bermanfaat dalam mempertemukan setiap kalangan yang
memiliki keinginan yang sama dalam memajukan bahasa dan sastra daerah ke mata
nasional maupun internasional.
4 Aruh Sastra
Arus sastra merupakan ajang berkumpulnya sastrawan, penulis, kritikus lokal
di Kalimantan selatan dalam kurun yang terjadwal dan terorganisir.
Dalam ajang ini semua kalangan diikutsertakan baik dari tingkat sekolah
hingga kuliah, umum, dan yang telah berpengalaman. Mereka turut serta dalam
andil untuk memajukan sastra yang ada di Kalimantan Selatan melalui dialog, sharing
pengalaman, pembacaan puisi, dsb. Dan dalam ajang ini juga dilakukan
lomba-lomba terkait penulisan puisi, cerpen, maupun kritik terhadap sebuah
karya, yang tentunya milik sastrawan lokal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaring
dan mencari bakat baru dari pemuda asal Banjar dalam lingkup sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar